Banjir Kembali Terjang Buana Murti, 18 Tahun Menunggu Normalisasi yang Tak Kunjung Datang!

PULAU RIMAU – Lagi-lagi, warga Desa Buana Murti, Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin harus menghadapi kenyataan pahit, banjir besar melanda akibat saluran primer yang sudah 18 tahun tidak dinormalisasi! Hujan deras dan luapan air sungai yang tak terkendali mengubah rumah serta sawah warga menjadi lautan airair, dan jalan poros hancur total.

Bukan hanya Desa Buana Murti, bencana ini juga melumpuhkan Desa Tirta Mulya, Banjar Sari, dan Senda Mukti. Aktivitas warga seolah terhenti. Anak-anak sulit bersekolah karena jalan poros berubah menjadi sungai dadakan. Petani pun merugi, kebun sawit terendam. Perekonomian desa? Lumpuh total.

Salah satu biang kerok banjir ini adalah Sungai Bantung, yang sempat dinormalisasi oleh Dinas PUPR Banyuasin melalui dana Bangub. Namun, normalisasi itu hanya setengah hati! Tidak ada tanggul, sehingga air tetap meluap seenaknya ke kebun dan sawah warga. Alih-alih solusi, banjir tetap datang dan menghancurkan mata pencaharian masyarakat.

Kepala Desa Buana Murti, Slamet, tak bisa menyembunyikan kekesalannya. “Kalau hujan deras ditambah sungai meluap, ya pasti banjir! Ini bukan pertama kali, tapi masalah ini dibiarkan bertahun-tahun!” tegasnya kepada Click Banyuasin, Rabu (18/2/25).

Slamet, yang akrab disapa “Kakek,” mengaku sudah berulang kali menyampaikan laporan, mengajukan permohonan, bahkan berusaha sendiri bersama warga dengan berbagai cara. “Kami kerja bakti, kami cari solusi. Tapi kalau pemerintah tidak turun tangan, mau sampai kapan kami harus menghadapi ini?” ujarnya geram.

Warga yang terdampak tidak bisa lagi menutupi rasa frustrasi mereka. Beberapa di antaranya bahkan merasa pasrah karena sudah terlalu sering menghadapi bencana ini tanpa solusi nyata.

“Kami ini rakyat kecil, mau mengadu ke mana lagi? Setiap tahun banjir datang, sawah kami hancur, padi gagal panen. Pemerintah hanya datang kalau sudah parah, itu pun hanya sekadar melihat-lihat,” keluh Pak Darto sebut saja, seorang petani yang sawahnya terendam untuk kesekian kalinya.

Pemkab Banyuasin dalam hal ini memang memberikan bantuan, tapi hanya bagi mereka yang rumahnya terendam, sementara hampir seluruh warga terkena dampaknya! Lalu, bagaimana dengan para petani yang gagal panen? Bagaimana dengan mereka yang kehilangan penghasilan akibat banjir ini?

Masalah ini bukan baru, bukan setahun-dua tahun. Delapan belas tahun! Apakah pemerintah masih akan menunggu hingga lebih banyak rumah terendam, hingga perekonomian desa benar-benar hancur?

Jika tidak segera ada langkah konkret, banjir akan terus menjadi tamu tahunan yang merenggut kehidupan warga. Sudah cukup! Saatnya pemerintah membuka mata dan turun tangan sebelum semuanya terlambat! (*)

CLICK BANYUASIN

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *